Satu kata yang
menjadi status sosial baru saya adalah “Mahasiswa”, kata yang sudah tidak asing
ditelinga setiap orang yang mendengarnya. Bermacam-macam arti mahasiswa yang
dapat diungkapkan oleh banyak orang. Kata orang menjadi mahasiswa itu adalah
sebuah impian. Bagai anugerah yang luar biasa bagi yang dapat menyandangnya.
Karena hanya sebagian kecil dari manyarakat Indonesia yang dapat menikmati
pendidikan di perguruan tinggi. Kini Universitas Pendidikan Indonesia tempat
saya merealisasikan peran saya menjadi seorang mahasiswa.
“HIDUP MAHASISWA” itulah sebuah kata
penyemangat yang menggemakan ruangan yang pertama kali dikujungi oleh mahasiswa
baru UPI. Tempat tersebut merupakan tempat pertama dan terakhir yang pasti akan
menjadi bagian dari sejarah mahasiswa
UPI, yaitu gedung gymnasium. Bagai tamu yang pertama kali berkunjung ke sebuah
tempat, tentunya memerlukan seorang pemandu untuk mengenal tempat-tempat di lingkungan
tersebut. Beruntunglah kami semua sebagai mahasiswa baru mendapatkan kakak
pemandu dalam masa orientasi kampus.
Empat hari telah berlalu hari-hari
mahasiswa baru diisi dengan acara tersebut, banyak pelajaran yang dapat kami
ambil. Kini mulailah saya menjadi bagian dari masyarakat UPI. Bagaikan mendaki
sebuah bukit saat kemanapun saya melangkahkan kaki di UPI. Awal saya memasuki
UPI sudah terasa aroma sejuknya atmosfer yang akan melahirkan calon-calon
tenaga pendidik.
Bangunan yang pertama saya lihat
saat melewati gerbang utama (gate 1) UPI adalah masjid yang berdiri tegak mewah
dan elegan yaitu masjid Al-Furqon yang berfungsi sebagai Islamic Tutorial
Center, begitu berjalan disetiap lorong masjid tersebut terasa sepoi-sepoi
angin menyentuh kulit setiap pengunjung masjid tersebut. Penataan setiap
ruangan yang sangat rapi dan teratur, membuat setiap pengunjung merasakan
kenyamanan. Keamanan yang terjamin membuat pengunjung tidak khawatir dan
keramahan para petugas pengurus masjid.
Beranjak menuju gerbang UPI (gate 2)
berdiri sebuah bangunan yang selalu ramai dikunjungi oleh hampir semua mahasiswa
UPI, disana banyak sekali kegiatan produktif yang dilakukan oleh para
mahasiswa, tak lain tempat itu adalah KOPMA BS UPI, siapa yang tak butuh dengan
tempat tersebut? Pastinya semua mahasiswa rajin mengunjungi dan beraktifitas di
tempat tersebut. Bahkan KOPMA BS UPI tidak terbatas pada aktifitas transaksi
mahasiswa, disana juga terdapat sebuah pusat UKM yaitu KOPMA BS UPI, yang
terdiri dari mahasiswa yang tercatat sebagai anggota Koperasi Mahasiswa,
sebagai bentuk realisasi dari pendidikan yang hanya sebagian mahasiswa dapatkan
yaitu tentang Perkoperasian.
Kemajuan teknologi karena
globalisasi memang tidak bisa dihindari. Karena kita juga bisa memanfaatkan
kacanggihan teknologi untuk sebuah kemudahan. Namun seiring dengan berjalannya
waktu ada satu hal yang berbeda dari kampus UPI. Atmosfer yang saya rasakan ini
berbeda setelah seluruh mahasiswa aktif kembali di lingkungan kampus. Saat saya
berjalan kaki dari kost-an yang kurang lebih berjarak 500 meter menuju kampus.
Udara sejuk tak lagi saya dapatkan karena setelah saya amati, banyak sekali
kendaraan yang mengeluarkan kepulan asap yang mengandung C02
yang
membuat nafas menjadi sesak. Kemudian saat saya ingin menyeberang jalan pun,
menjadi tidak bebas dan cukup susah karena terlalu banyaknya kendaraan yang
melewat. Sehingga perlu waktu yang cukup lama agar bisa menyeberang jalan
dengan selamat. Suara-suara bising
yang seringkali terdengar saat perkuliahan dikelas. Tanpa sadar suara bising
itu sangat merusak suasana kondusif yang harusnya tercipta di kelas. Disaat
saya dan teman-teman sedang mendengarkan penjelasan dari dosen, tiba-tiba suara
dosen menjadi tidak terdengar karena pengguna kendaraan (khususnya pengguna
motor) yang suara motornya mengalahkan suara dosen.
Dengan banyaknya kendaraan yang
memenuhi lokasi parkir di UPI, terkadang saya melihat fakta dari sebuah lucunya
masyarakat indonesia ini. Setiap kali saya melihat lokasi parkir itu pasti
dipadati oleh motor-motor dan terlihat seperti mainan yang berjejer. Padahal
bila kita tahu di negara yang memproduksi sepeda motor tersebut yaitu Jepang,
justru mereka tidak menggunakan produknya tersebut. Namun mengapa dengan
masyarakat kita yang hampir setiap orang memaksakan untuk memiliki sepeda motor
tersebut. Dan yang lebih aneh, mengapa mahasiswa pun ikut-ikutan menggunakan
produk barang tersebut. Yang sebenarnya banyak hal-hal yang negatif yang ditimbulkan
dari barang tersebut. Diantaranya merusak atmosfer yang seharusnya kita bebas
menghirup udara bersih, lalu menghilangkan kebiasaan jalan sehat, dan terkadang
kita tergiur dengan sistem kredit bulanan untuk mendapatkan produk sepeda motor
tersebut.
Kenyataannya hampir sebagian besar
mahasiswa UPI menggunakan kendaraan bermotor. dan yang lebih ironisnya lagi,
adapula mahasiswa yang letak kost-annya tidak lebih dari 1 KM masih saja pergi
ke kampus menggunakan sepeda motor. Padahal alangkah lebih baiknya jika
mahasiswa tersebut jalan kaki menuju kampus. Karena dengan berjalan kaki menuju
kampus termasuk langkah sederhana untuk sebuah kesehatan kini dan masa
mendatang. Tentunya kampus UPI juga akan lebih indah dengan dihiasi pemandangan
aktivitas mahasiswanya yang lebih mengutamakan jalan kaki. Tapi kenyataannya
saya dan teman-teman yang lainnya pun merasa tidak nyaman saat berjalan kaki
dikampus. Karena kita yang berjalan kaki merasa dirugikan dengan atmosfer yang
kita hirup sudah tidak lagi steril. Keamanan para pejalan kaki juga menjadi
sedikit tidak aman. Lalu hal yang paling penting suara kendaraan bermotor yang
bising itu cukup mengganggu kondisi saat perkuliahan dikelas.
Miris melihat suasana kampus saya
yang sudah berubah penuh dengan kepulan asap CO2
,
menghirup udara segar juga menjadi sulit, berjalan kaki dengan nyaman pun
menjadi terasa tidak nyaman. Tapi ada satu hal budaya yang ingin saya terapkan
di kampus UPI ini, yaitu membudayakan sepeda mahasiswa. Pasti akan terlihat
lebih indah dan rapi jika setiap mahasiswa menggunakan sepeda bukan motor. Jadi
untuk setiap mahasiswa UPI diperbolehkan hanya menggunakan sepeda. Karena
banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan tidak hanya pada pengguna sepeda
tersebut tapi pengguna jalan lainnya yang tidak menggunakan sepeda.
Manfaat jika setiap mahasiswa UPI
menggunakan sepeda diantaranya dengan mengayuh (menggoes) sepeda itu termasuk
salah satu olahraga kecil untuk melatih otot-otot kaki, terbebasnya udara yang
dihirup dari unsur CO2 , terciptanya
suasana aman dan nyaman untuk setiap pejalan kaki, dan yang paling penting
terpelihara lingkungan UPI yang bebas asap kendaraan dan salah satu upaya
pemerintah yaitu “Go Green” karena pemanasan global bisa diperkecil dengan
usaha kita untuk menghijaukan alam ini.
Untuk sebuah solusi dari kondisi kampus yang udaranya
sudah tercemar dengan asap kendaraan, tidak menutup sebuah harapan jika untuk 1
tahun kedepan, dikampus UPI terdapat tempat Sepeda Mahasiswa. Yang fungsinya
untuk setiap mahasiswa bisa menggunakan sepeda kampus tersebut untuk
beraktivitas di kampus UPI. Untuk sebuah contoh, mahasiswa yang menggunakan
motor hanya diperbolehkan menggunakan motor sampai depan gerbang UPI dan
setelah melewati gerbang UPI menggunakan sepeda kampus menuju ruang kelas jika
jarak dari gerbang menuju kelas itu cukup jauh. Kemudian untuk mahasiswa yang
ingin mengelilingi kampus UPI bisa menggunakan sepeda kampus tersebut. Saya
yakin lingkungan UPI akan semakin bagus dan bebas polusi. Go Green UPI !
0 komentar:
Posting Komentar